Partisipasi Aktif Siswa dalam ketrampilan berbicara Pembelajaran Unggah-Ungguh Basa melalui metode role playing kelas X SMA N 1 Bulakamba

Ketrampilan berbicara merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran bahasa. Melalui kemampuan berbicara, seseorang dapat berkomunikasi dengan baik, menyampaikan gagasan, dan berinteraksi dengan orang lain secara efektif. Unggah -ungguh basa adalah salah satu materi yang termuat didalam mata pelajaran bahasa Jawa. Unggah - ungguh basa dianggap sulit oleh peserta didik dikarenakan kurangnya pembendaharaan kata dan letak geografis. SMA Negeri 1 Bulakamba terletak di daerah pesisir perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Oleh sebab itu peserta didik kerap mengalami kesulitan ketika menerapkan ketrampilan berbicara dalam unggah - ungguh basa karena bahasa yang digunakan keseharian adalah bahasa ngoko ngapak, bahasa Indonesia dan bahasa sunda. Sementara bahasa Jawa dalam undhak-usuk basa berkiblat dari bahasa Solo maupun Yogyakarta.

Perlu adanya suatu model pembelajaran yang variatif guna membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa Jawa khususnya berbahasa Jawa krama. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode role playing. Dalam konteks pembelajaran bahasa, metode role playing atau permainan peran telah terbukti menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan ketrampilan berbicara para peserta didik. Role playing adalah metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk memainkan peran tertentu dalam situasi yang diatur. Dalam hal ini, peserta didik akan berperan sebagai orang-orang dalam kehidupan nyata atau skenario tertentu. Metode ini memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk menghadapi situasi yang realistis dan melatih kemampuan berbicara mereka dalam bahasa yang sedang dipelajari. Komalasari (2015: 15) menyatakan bahwa role playing adalah suatu model penugasaan bahan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. 

Kelebihan metoade role playing adalah menarik siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias. Meningkatkan kreativitas, meningkatkan kemampuan berbahasa, Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menimbulkan rasa kebersamaan. Siswa dapat terjun langsung untuk memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.

Dalam mengimplementasikan metode role playing pada materi unggah-ungguh basa, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan: (1) penentuan skenario yang relevan misalnya berbicara dengan guru/teman/anggota keluarga , (2) Penugasan peran yang beragam misalnya peran menjadi bapak/anak/siswa  (3) Latihan berulang:  (4) Refleksi dan umpan balik yaitu menganalisis bahasa yang digunakan peserta didik

Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar Hamalik (2001: 198) disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya adalah: (1) Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau keterampilan-keterampilan reaktif. (2) Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama menyamakan diri dengan

pelaku (aktor) dan tingkah laku mereka. (3) Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi) prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan. Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif dan prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah didramatisasikan. (4) Belajar melalui pengkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta dapat memperbaiki keterampilan mereka dengan mengulanginya dalam penampilan berikutnya. Melalui penerapan model pembelajaran Role Playing, siswa diharapkan lebih terampil dalam aspek berbicara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan Metode role playing merupakan alat yang efektif dalam meningkatkan ketrampilan berbicara peserta didik pada materi unggah-ungguh basa. Dengan melibatkan peserta didik dalam situasi komunikasi yang realistis, mereka dapat meningkatkan kepercayaan diri, mengasah kemampuan berbahasa, dan mengembangkan kreativitas dalam berbicara. Melalui penggunaan strategi yang tepat, guru dapat mengoptimalkan manfaat dari metode ini dan membantu peserta didik menjadi pembicara yang lebih terampil dan percaya diri dalam berkomunikasi dalam bahasa target.