AKHMAD WARIDI, S.Pd
NIP. 197902242023211002
Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Bulakamba
Keterampilan berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris secara
lisan dan tulisan di era globalisasi saat ini merupakan suatu keharusan.
Terlebih lagi untuk pergaulan dan kerjasama bilateral dan/atau multilateral
terbuka berskala internasional, seperti: di tingkat kawasan Asia Tenggara ada
MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN/Association of South-East Asian Nations),
Kerjasama Ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik (APEC/Asia-Pacific
Economic Cooperation), G20, Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa
(KTT PBB) atau United Nations Summit. Dalam hal ini, Bahasa Inggris merupakan
salah satu dari 6 bahasa resmi yang digunakan PBB dalam pertemuan antar
pemerintah dan pembuatan dokumen-dokumen resmi. Sedangkan 5 bahasa resmi
lainnya adalah Bahasa Arab, Tionghoa, Prancis, Rusia, dan Spanyol.
Mengacu pada kurikulum yang diterapkan di Indonesia,
pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris mulai diperkenalkan kepada peserta
didik sejak Kelas VII tingkat SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)-seperti:
SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrasah Tsanawiyah)-sampai dengan
Kelas XII tingkat SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas)-seperti: SMA (Sekolah
Menengah Atas), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), dan MA (Madrasah Aliyah).
Bahkan, ada satuan pendidikan di tingkat PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) dan
SD (Sekolah Dasar) yang sudah memperkenalkan pembelajaran Bahasa Inggris pada
peserta didik. Tentu saja penyampaian materi Bahasa Inggris disesuaikan dengan
tahap tumbuh-kembang anak pada jenjang usianya masing-masing. Yang menjadi
pertanyaan saat ini adalah mengapa Bahasa Inggris masih dianggap sulit oleh
sebagian besar orang Indonesia?
Menurut wallstreet.co.id/english-tips, terdapat 6 faktor
yang menyebabkan Bahasa Inggris sulit untuk dipelajari. Di antaranya: (1) menjadi
bahan olok-olokan teman yang menganggap bahwa mereka yang mempelajari Bahasa
Inggris itu sebagai individu yang “sok bule” atau norak, (2) terbatasnya waktu
untuk belajar-terlebih lagi pada pembelajaran tatap muka mata pelajaran Bahasa
Inggris di SMA yang hanya disampaikan selama 2 jam pelajaran atau 90 menit per
minggu, (3) metode belajar yang tidak relevan, (4) kosakata yang membludak, (5)
pronunciation atau pelafalan dengan dialek bahasa yang beragam, dan (6) rasa
percaya diri yang rendah. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil survei global
Indeks Kecakapan Bahasa Inggris atau English Proficiency Index (EPI) yang
diselenggarakan oleh EF (English First) pada tahun 2021. Hasil tersebut
mengumumkan bahwa Indonesia dikategorikan memiliki kemampuan berbahasa Inggris
yang rendah karena berada pada peringkat 80 dari 112 negara di dunia dan
peringkat 14 dari 24 negara Asia. Bahkan, Indonesia berada pada peringkat 5
dari 10 negara ASEAN di bawah Singapura, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.
Tentu saja, masalah pembelajaran Bahasa Inggris tersebut
perlu dicarikan solusi. Adapun salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah
dengan cara menggunakan teacher’s self-made formulation. Secara harfiah,
teacher’s self-made formulation diartikan sebagai formulasi atau rumusan buatan
guru. Ada juga yang menyebutnya dengan istilah “jembatan keledai”. Terdapat
banyak contoh dalam pembelajaran yang sudah menerapkan rumusan buatan guru, di
antaranya: pada pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) di SD untuk mengingat
urutan warna pelangi menggunakan istilah MeJiKuHiBiNiU yang merupakan singkatan
dari Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, dan Ungu. Contoh lain juga dapat
dijumpai dalam pembelajaran Kimia di SMA ketika membahas unsur tabel periodik.
Golongan IA tergolong unsur logam alkali yang terletak pada posisi paling kiri
dari struktur unsur berkala dan terdiri dari 7 (tujuh) unsur, yaitu: Hidrogen
(H), Litium (Li), Natrium (Na), Kalium (K), Rubidium (Rb), Sesium (Cs), dan
Fransium (Fr). Cara yang digunakan untuk memudahkan urutan penyebutan unsur
Golongan 1A adalah “H(a)LiNa K(aro) Rubi Cs Fr(iend)”. Sedangkan untuk Golongan
IIA merupakan unsur alkali tanah yang terdiri dari Berilium (Be), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), Stronsium (Sr), Barium (Ba), dan Radium (Ra) atau disingkat
“Be(bek) Mang(an) Ca(cing) Seret Ba(nget) Ra(sane)”. Bagaimana penerapannya
dalam pembelajaran Bahasa Inggris?
Melihat dari berbagai contoh di atas, rumusan buatan guru
dalam pembelajaran Bahasa Inggris juga dapat diterapkan pada pembahasan
tatabahasa Inggris atau grammar/structure. Misalnya, guru dapat memberikan
penjelasan mengenai Simple Present Tense untuk penggunaan subjek tertentu dan
verb atau kata kerjanya. Jika subjeknya diumpamakan sebagai seorang gadis
bernama “Dewi Ayu” (They, We, I, You) maka pada verb tidak perlu diberi
benges/gincu yang berakhiran -s/-es karena sudah “cantik”. Sedangkan jika
subjeknya selain “Dewi Ayu”, seperti: He, She, It, maka verb harus diberi
akhiran -s/-es.
Contoh lain dapat dijumpai dalam penggunaan adverbs atau kata
keterangan yang terdiri dari adverbs of frequency (frekuensi), manner (cara),
place (tempat), dan time (waktu) yang diletakkan secara berurutan. Masih
berkaitan dengan urutan, hal tersebut juga berlaku pada penggunaan adjectives
atau kata sifat yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu noun atau kata benda
tertentu. Adapun rumusannya dikenal dengan istilah DeSiATShaCOM yang terdiri
dari Describing, Size, Age, Temperature, Shapes, Colours, Origins, dan
Materials. Ketika menggambarkan sebuah mobil tertentu, penggunaan frasa yang
tepat adalah an expensive (describing), big (size), new (age), red (colour),
Japanese (origin) car karena sudah sesuai dengan kaidah tatabahasa Inggris.
Kita tidak bisa sembarangan meletakkan kata sifat sesuka hati karena ada aturan
mainnya. Inilah yang tidak dijumpai dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Demikian pula ketika
membahas causative verbs atau kata kerja yang digunakan untuk menunjukkan jika
subjek tidak bertanggung jawab langsung terhadap aksi yang terjadi, melainkan
seseorang atau hal lain yang melakukan aksi tersebut. Istilah yang digunakan
adalah “Kunci G LeMaH” karena terdiri dari kata kerja get, let, make, have, dan
help. Sebagai contoh: I had my hair cut. Artinya adalah saya meminta bantuan
orang lain untuk memotong rambut saya.
Teacher’s self-made
formulation terbukti memudahkan peserta didik untuk menguasai konsep
pembelajaran dan akan selalu teringat sepanjang hayat. Kreativitas seorang guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris dalam membuat rumusan pembelajaran
sangat diperlukan sebagai upaya agar dapat mendongkrak kemampuan peserta didik
dalam berbahasa Inggris. Harapannya adalah agar di masa depan generasi muda
Indonesia memiliki percaya diri dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris
sehingga mampu berkompetisi dengan bangsa lain dalam berbagai bidang.